Sab. Des 7th, 2024

Dimulai pada akhir 2000 saat Toshiba meluncurkan laptop dengan pemindai sidik jari dimulai pula era teknologi sidik jari pada perangkat seluler.

Teknologi ini memungkinkan pengguna untuk membuka kunci perangkat mereka dengan dengan sentuhan jari daripada harus mengingat kata sandi yang rumit.

Ponsel pertama dengan pembaca sidik jari di dalamnya bisa jadi adalah Sagem MC 959 ID.

Sagem menjadi merek yang pertama ada di pasaran meski pada waktu yang sama Siemens juga sudah memiliki prototipe fungsi yang sama yang telah dirintis sejak awal 1998.

Teknologi ini dengan cepat diadopsi oleh beberapa perangkat personal digital assistant atau PDA karena dilihat sebagai fitur untuk perangkat bisnis – yang memerlukan keamanan ekstra.

Meski begitu pembaca sidik jari pada perangkat seluler tak langsung berkembang, hingga Apple mendorongnya ke arus utama, bukan hanya untuk kalangan bisnis.

Ponsel seri iPhone 5 meluncurkan pada 2013 dengan fitur baru yang disebut “Touch ID”.

Perangkat ini memiliki pembaca sidik jari yang terselip di tombol Home yang masih berada di bezel bawah layar.

Awalnya, digunakan hanya sebagai alternatif yang lebih cepat untuk membuka kunci kode sandi.

Kasus penggunaan baru muncul setahun kemudian dengan iPhone 6 dan 6 Plus yang memperkenalkan Apple Pay.

Apple memperkenalkan Touch ID generasi ke-2 yang lebih cepat dalam seri iPhone 6.

Touch ID masih digunakan hingga dua perangkat terbaru pada 2022 – iPhone SE 3 dan iPad Air terbaru.

Apple mungkin telah mempopulerkan pembaca sidik jari, dan pada 2017 mulai beralih lagi ke pemindai Wajah (Face ID).

Fitur terbaru yag menggunakan sensor cahaya terstruktur untuk mendapatkan peta 3D wajah penggunanya ini diperkenalkan lewat iPhone X.

Beberapa ponsel awal seperti Motorola Atrix (2011) dan Samsung Galaxy S5 (2014) memiliki sistem pembaca dasar yang mengharuskan pengguna untuk menggesekkan jari mereka (swipe).

Solusi kapasitif Apple jauh lebih baik – cukup sentuh tombolnya.

Akhirnya, Android akan beralih ke pembaca tipe kapasitif, menempatkannya secara berbeda di belakang atau di samping yang biasanya dikombinasikan dengan tombol daya.

Pada MWC Shanghai 2017, Vivo mendemonstrasikan ponsel prototipe dengan pembaca sidik jari yang berada di bawah panel layar.

Saat itu, Vivo segera merilis massal ponsel pertama dengan pembaca sidik jari di bawah layar–Vivo X20 UD–yang segera diikuti oleh X21 UD.

Tahun itu, tiba-tiba ada ledakan telepon yang dilengkapi dengan pembaca di bawah layar.

Termasuk kemudian ada Huawei Mate RS Porsche Design dari generasi teknologi sidik jari ini.

Tidak hanya di baah layar, Huawei membuatkan dua dengan satu lagibeada di bagian belakang ponsel.

Pada awal 2019 Samsung memperkenalkan seri Galaxy S10 yang pertama memiliki fitur pembaca sidik jari ultrasonik.

Ini disebut-sebut lebih aman karena mereka bisa “melihat” jari penggunanya dalam 3D daripada 2D (seperti pembaca optik), yang membuatnya jauh lebih sulit untuk dibodohi.

Mereka memang mengalami beberapa masalah, dengan beberapa pelindung layar yang menyebabkan proses baca gagal.

Generasi kedua dari Qualcomm 3D Sonic Sensor mencakup area yang lebih luas dan lebih cepat.

Bahkan lebih baik lagi, produk tersebut mendukung ponsel layar lipat.

Vivo X Fold yang memiliki pembaca layar di bawah layar baik di layar sampulnya maupun di layar internal yang dapat dilipat.

Belum banyak pembaruan lagi dalam teknologi pembaca sidik jari dalam beberapa waktu terakhir.

Tapi teknologi ini semakin lazim, bahkan pada perangkat yang relatif murah.

Sebenarnya, pada awal 2018, ponsel konsep vivo APEX mengungkap pembaca sidik jari yang membentang hingga setengah dari layarnya.

Ukuran ekstra memungkinkan mode penasaran di mana pengguna dapat memindai dua jari pada saat yang sama, yang menawarkan keamanan ekstra.

Ada yang menyebut teknologi mode itu akan diaplikasikan dalam vivo X80 Pro.

GSM ARENA

By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *